Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Menilik Radikalisme di Kampus

Gambar
Oleh : Muhammad Farid* Sebenarnya ketakutan tentang radikalisme dan penegakan khilafah telah ada sejak beberapa tahun lalu. Kampus menjadi terdakwa utama dalam peranannya sebagai pemasok kaum radikalis dan anti-pancasilais. Sebagaimana laporan media massa arus utama setahun lalu bahwa gerakan radikalisme semakin hari dikabarkan justru berkembang di kalangan kaum intelektualis, baik itu dalam komunitas maupun di perguruan tinggi. Artinya, lingkungan kampus saat ini patut dicurigai sebagai ladang radikalisme ( Kompas, 20/02 /2016 ). Ilustrasi (bidikdata.com) Yang menjadi Pertanyaannya ialah bagaimana bisa di lingkungan yang terbiasa dengan kegiatan diskusi, gudang ilmu pengetahuan dan pengalaman bisa terjangkit virus radikalisme? Pertama, berpijak pada pendapat Marcus Mietzner, ahli sosial-politik dari Universitas Nasional Australia, wawasan akademisi sekarang, utamanya mahasiswa telah disempitkan oleh banjir informasi. Budaya diskusi dan klarifikasi tergerus dengan minat terhadap med

Ramadan, Mahasiswa PGMI Berencana Luncurkan IKMA

Gambar
Mengisi bulan suci ramadan, mahasiswa program studi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (PGMI) akan meresmikan IKMA PGMI di STAIN Kudus pada Jumat (09/6/17) mendatang. Peluncuran Ikatan Mahasiswa (IKMA) PGMI itu rencananya dibarengkan dengan buka bersama dan sarasehan.  Ketua Ikatan Mahasiswa PGMI, Kholidia Evening Mutiara, mengatakan kegiatan itu bertujuan untuk menjalin keakraban antar mahasiswa, alumni juga dosen serta birokrat PGMI STAIN Kudus. Selain itu mahasiswa PGMI juga akan dikenalkan dengan para pengurus IKMA PGMI agar tahu bahwa mahasiswa PGMI telah mempunyai wadah resmi.   Laman Facebook IKMA yang sebentar lagi akan diluncurkan dan diresmikan. “Dalam acara itu nantinya mahasiswa akan dikenalkan dengan pengurus IKMA supaya pada tahu dan saling akrab,” tutur Kholidia. Lebih lanjut Kholidia menjelaskan adanya IKMA PGMI itu nantinya bisa menjadi wadah yang bermanfaat tidak hanya mahasiswa PGMI tetapi juga semua pihak. Maka, dalam acara itu juga ia akan mengadakan penggalangan

Hilal Ramadan Tak Terlihat di Jepara

Gambar
Meneropong : Satu per satu pengunjung bergantian ingin melihat hilal. (Faqih/paragraph) Parist.ID, JEPARA- Pelaksanaan Rukyatul Hilal tahun ini kembali dilaksanakan para ulama dan praktisi falak di Pantai Kartini Jepara, pada Jumat (26/5/2017).  S ayangnya tidak satupun perukyah yang dapat melihat hilal. Hal itu menambah fakta bahwa selama ini di Jepara belum pernah terlihat hilal pertanda awal Ramadhan. Menurut Muhammad Syaiful Mujab, Dosen Falak Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, ada dua faktor yang mempengaruhi tidak terlihatnya hilal. Pertama, cuaca di langit Jepara yang diselimuti mendung sejak siang hari dan sempat hujan sebentar. Kedua, kelembaban awan saat itu sangat tinggi sehingga menyebabkan banyak kabut yang menghalangi jarak pandang perukyat. “Tahun ini kita belum beruntung, seperti tahun lalu, awan menjadi penghalang bagi kita,” katanya. Senada, Ujang Jamaludin, Ketua Kementrian Agama (KEMENAG) Kabupaten Jepara, dalam jumpa pers menuturkan, kelembaban uda

Lawan Hoaks dengan Puisi

Gambar
Dari Kiri : Muhammad Noor Ahsin, Akrom Hazami, Arfin A. M Parist.ID, KUDUS - Belakangan, penyebaran berita bohong (hoaks) semakin massif. Pemerintah sampai dibuat sibuk untuk menangkal penyebarannya lewat pelbagai langkah kebijakan serta himbauannya kepada publik. Turut ambil bagian, Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK) menggelar pentas puisi anti-hoaks dan diskusi di Lapangan Basket Kampus UMK, pada Sabtu (20/5/2017). D engan tema “Hoax Hoex Hoam” beberapa mahasiswa perwakilan dari kampus di Kudus tampil membawakan puisi-puisi bertema perlawanan terhadap hoax. Mereka adalah Risa Sofiatun (STAIN Kudus), Naela Husna Faela Shufa (UMK), Sri Ellyyanti O (STIKES Muhammadiyah). Arfin A.M, Ketua FASBuK , mengatakan melawan penyebaran berita hoaks bisa dilakukan dengan media seni, salah satunya puisi. Puisi-puisi yang ditampilkan beragam. Ada yang mengkritik secara bombastis terhadap fenomena pemberitaan media, terutama media online belakangan yang cenderung tidak berimbang, b