Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Mahasiswa dan Impian Bahagia

Gambar
Menjadi mahasiswa ibarat berjalan diatas sehelai tali di atas jurang terdalam di dunia. Angan-angan tinggi didukung dengan janji pendidikan dan nama besar “Mahasiswa” sebagai agen perubahan menjadi dambaan setiap orang. S ayangnya hal itu tidak semudah yang dikira. Wahyu Wibowo (2016) mengisahkan perjalanan Alan dan Farhan sebagai potret mahasiswa yang sebenarnya. Mereka tak sekadar peminta-minta untuk membayar biaya kuliah. Justru terkadang harus rela lapar demi kebutuhan sehari-hari. Mereka harus rela menelan “pil pahit” saban harinya demi menggapai impian bahagia. Meski begitu, menjadi mahasiswa tetaplah menjadi kesempatan yang berharga, sudah sewajarnya bila orang yang berlabel mahasiswa tidak menyia-nyiakan kesempatan istimewa itu.   Mahasiswa harus berani bermimpi besar, memanfaatkan segala potensi yang tengah dimiliki. Mahasiswa juga harus menentukan pilihan secepatnya, mengakses banyak informasi, dan belajar banyak hal untuk bisa membantu kesuksesanya. Tentu bukan isapan jemp

Merokok Membunuhmu?

Gambar
  oleh : Ahmad Afand i* Sudah lazimnya se bagian besar laki-laki khusunya dewasa perokok, baik perokok aktif maupun pasif. Karena disadari atau tidak ketika kita (para laki-laki) sedang berkumpul, ngobrol sambil ngopi, pasangan tepat dan nikmat adalah rokok. Terlepas entah itu rokok kretek atau filter. Tidak tahu mengapa ketika kita ngopi sambil ngokok serasa selalu ada ide-ide cemerlang untuk menginspirasai setiap perbincangan. Saya bukan perokok aktif hari ini, namun ketika saya melihat teman-teman atau orang disekitar saya merokok, saya ikut senang. Meski terkadang saya terganggu dengan kepulan asap yang selalu mengarah pada saya namun itu tidak menjadi masalh yang berarti bagi saya. Saya cukup menikmati kopi yang sudah siap saya sruput didepan saya. Setiap saya ngopi sambil ngobrol dengan teman-teman saya perokok aktif pasti selalu tersedia minimal sebungkus rokok dan jajan ringan (kacang, gorengan, keripik). Namun saya memilih jajan-jajan ringan itu saja. Bukan saya tidak suka

Kudus Gaungkan Perdamaian lewat Pantomime

Gambar
PARIST.ID-KUDUS , Spanduk bertuliskan bahasa tubuh sebagai bahasa perdamaian terbentang di salah satu sudut Taman Wergu Kudus. Dalam rangka memperingati hari pantomime sedunia, Komunitas Pantomime Kudus (KOMPAK) mengadakan street mime pada Rabu malam (22/03/17) .  Kegiatan itu diikuti beberapa komunitas teater dan pelajar di Kudus. Mereka berupaya menghibur masyarakat Kudus dengan pertunjukan pantomime secara live di alam terbuka. Meski awalnya banyak masyarakat yang bingung namun pada akhirnya menerima dan mengapresiasi. Panitia penyelenggara, M. Ulul Azmi (24) menyampaikan niatan itu dilatar belakangi adanya peringatan World Mime Day yang jatuh pada 22 Maret. Selain itu juga turut mengkampanyekan perdamaian seiring dengan ancaman disharmonisme yang kini sedang memanas.  “Selain ingin kembali menggaungkan dunia pantomime maksud lain dari event ini yaitu sebagai deklarasi perdamaian,” kata lelaki yang akrab disapa Citul itu. Ulul menambahkan bahwa bahasa tubuh yang dihasilkan dengan

Mempertegas Jati Diri

Gambar
“Bagaimana cara tercepat untuk menemukan jati diri ?” tanya seorang pemuda kepada Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe “Letto”). Lagi-lagi terlihat bahwa manusia lebih tertarik kepada jalan pintas yang tercepat. Instan. Kita tidak pernah ingin merasakan “kemesraan” dalam proses. Pikir kita kebahagiaan ialah hasil dari tercapainya suatu tujuan dan tidak bisa diciptakan. Karena hal itu orang seringkali mengabaikan keselamatan. Akibatnya kita suka mengambil resiko terbesar. “Contoh kecilnya saat hujan kita lebih rela mempertaruhkan nyawa daripada basah sebab rahmat hujan yang diturunkan-Nya untuk kita,” kata Sabrang. Pencarian jati diri ibarat usaha memelajari apa yang sudah kita kuasai sejak lama. Jati diri adalah nafs yang kehadirannya tak bisa kita rasakan dan lihat. Ia berbeda dengan ruh . Nafs adalah sisi lain diri kita. Ia merupakan gabungan dari pengetahuan, rasa dan keinginan (baca : ambisi). Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mendefinikan nafs sebagai gabungan dari syahwat, amarah da

Nggantalan; Senjata, Tradisi dan Identitas

Gambar
Berada di ketinggian sekitar 1.200 Mdpl, Desa Bategede tak hanya menyimpan pesona alam asrinya. Pun dengan adat istiadat masyarakatnya, nggantalan adalah budaya khas. Bagi masyarakat Bategede, pembuatan gantal tak sekadar tradisi, itu juga senjata sekaligus peneguh jati diri.    NGGANTALAN : Terdiri dari daun sirih kapur dll. yang dibentuk sedemikian rupa untuk tradisi di Bategede Nalumsari Jepara. Senyum ramah tersirat dari raut wajah seorang laki-laki separuh baya saat membuka daun pintu berwarna kuning kembang durian. Pak Kusdi (50) namanya. Sambil mempersilahkan kami, di tangannya terdapat s e batang rokok siap ia hisap. Suasana pegunungan yang sejuk membuat perbincangan kami nyaman. Semakin jauh mulailah kami pada pertanyaan tentang nggantalan yang erat akan tradisi pernikahan. Mimik wajah serius memulai ceritanya pagi itu. Kusdi mengatakan banyak mitos yang dipercaya oleh masyarakat Bategede. Banyak juga petilasan dari leluhur desa yang saling terkait dengan daerah lain yan