Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Saatnya Keluar dari Zona Nyaman

Gambar
Ayunan yang berkolaborasi dengan Teater Tigakoma menyanyikan lagu dalam acara Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuk) di Auditorium Universitas Muria Kudus. Sabtu (29/10/16) kemarin. KUDUS -Salah satu masalah dari sebuah pementasan karya seni di Kudus , adalah apresiasi penonton yang pelakunya terdiri dari komunitas kita sendiri. Hal tersebut dikemukakan oleh Muhammad F arid, salah satu anggota kelompok T eater Dewaruji dalam acara Diskusi dan Musikalisasi sastra Forum Apresisasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK), Sabtu (29/10 / 1 6 ) di Auditorium Universitas Muria Kudus . “Itu adalah dampak dari kenyamanan kita tentang proses produksi yang hanya mengandalkan dari diri kita sendiri,” ungkapnya. Menurutnya kenyamanan kita bukan hanya bedampak pada kesuksesan sebuah produksi, melainkan akan berdampak pada runtuhnya kekompakan sebuah komunitas. “Untuk itu kita harus keluar dari zona nyaman kita sebagai sebuah komunitas yang lebih kompak lagi , ” tambah lelaki yang pernah mengi

KOPMA Jangan Hanya Jago Kandang

Gambar
  Dr. Muhammad Saekhan Muchit menyampaikan pandangannya  dalam seminar nasional dan dialog interaktif  yang diselenggarakan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) di Aula rektorat. Senin (31/10). KAMPUS - Koperasi Mahasiswa (KOPMA) sebagai koperasi tingkat kampus harus bisa mengembangkan bisnisnya ke luar kampus. Hal itu men gemuka pada seminar nasional dan dialog interaktif di Aula Rektorat lantai 3 yang diselenggarakan oleh KOPMA STAIN Kudus . Senin (3 1 / 1 0/ 1 6) . Saekhan Muchit, Waket I STAIN Kudus mengungkapkan bahwa seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) termasuk KOPMA, jangan hanya berkutat di dalam kampus saja. “Koperasi mahasiswa harus keluar sangkar (kampus) membuka usaha di luar. Ini adalah tantangan bagi KOPMA,” ungkap Saekhan. Ia menambahkan, STAIN Kudus sebagai perguruan tinggi Islam, seharusnya bisa mencoba menggali keterkaitan koperasi dengan Islam. “Di kampus umum, keberadaan koperasi dianggap biasa. Berbeda dengan kita (STAIN), ketika ditanya apa hubungan koperasi dengan Isla

Pendidikan Politik Ala SEMA

Gambar
Narasumber Santoso dan Suparwi sedang menyampaikan materi pada acara tersebut. (Dok. Arif/Parist) KAMPUS- Beberapa fungsi kerja Senat Mahasiswa (SEMA), diantaranya mulai dari fungsi kontrol, fungsi legislatif, dan fungsi anggaran. Hal itu disampaikan Suparwi dalam dialog pendidikan yang bertema “Pendidikan Politik Melalui SEMA STAIN Kudus”, yang digelar SEMA hari ini (27/10/16),bertempat di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Kampus Barat. Acara dialog sederhana ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa, terutama bagi mereka yang tertarik dengan perpolitikan kampus. Terlebih dihadiri oleh narasumber Santoso dan Suparwi yang juga alumni SEMA−dulu bernama Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM).  Acara ini berlangsung bertepatan satu bulan dengan acara sebelumnya, yakni seminar kebangsaan yang diadakan pada tanggal 27 September di gedung yang sama. Menurut Latif Asror (22), selaku ketua SEMA, dialog yang diadakan kali ini bertujuan mengenalkan SEMA selaku lembaga legislatif kampus kepa

Tak Sekadar Pecinta Alam Sekitar

Gambar
HUT PALWA 51 PARIST - Memperingati ulang tahun ke-21 Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencinta Alam Mahasiswa (Palwa) 51 STAIN Kudus galakkan gerakan peduli sosial donor darah.  Menjalin kerja sama dengan PMI Kabupaten Kudus, kegiatan itu dilaksanakan di Gedung Laborat lantai 1 STAIN Kudus, pada Senin (24/10). Ketua Palwa 51 STAIN Kudus, Khoirul Mustaqim (24), mengutarakan harapannya agar kegiatan ini turut menjadi bagian dari misi kemanusiaan. Dia juga merasa miris ketika mengetahui banyak dari manusia yang membutuhkan darah. Dengan ini Palwa 51 memperlihatkan bahwa perhatiannya tidak hanya kepada alam saja, tetapi juga sesama manusia. “Disini Palwa 51 bukan hanya peduli dengan alam saja, sesama manusia juga harus saling peduli dan tolong menolong. Bukankah manusia juga bagian dari alam?” tutur pria yang biasa disapa Genjik itu. Sebenarnya kegiatan donor darah ini telah direncanakan setahun yang lalu. Namun karena kendala kerjasama dengan Korps Suka Rela (KSR) STAIN Kudus yang mengadakan

Belajar Dari Abu Nawas

Gambar
Foto-Foto : Mael/PARAGRAPHFOTO PARIST.ID, KAMPUS - Siapa yang tak kenal dengan Abu Nawas. Tokoh humoris dan cerdas ini terkenal pada zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid. Abu Nawas, setelah meninggal pun masih bisa membuat orang tertawa. Di depan makamnya ada pintu gerbang yang terkunci dengan gembok besar. Namun, di kanan kiri pintu gerbang itu pagarnya bolong, sehingga orang bisa leluasa masuk untuk berziarah kepadanya. Apa maksudnya dia berbuat demikian? Mungkin itu adalah simbol watak Abu Nawas yang sepertinya tertutup tetapi sebenarnya terbuka. Ia sepertinya bukan orang biasa, bahkan dari kesederhanaannya, ia adalah seorang guru sufi, namun ia tetap dekat dengan rakyat jelata, bahkan konsisten membela mereka yang lemah dan tertindas.  Meskipun kini makam tersebut sudah terlihat kumuh, tidak terawat, dan tidak diperhatikan. Namun yang paling penting ialah pelajaran yang bisa diambil dari sikap Abu Nawas. Hal itu mencuat saat diskusi mingguan yang dilakukan oleh LPM Paradigma STAIN Kudus